Agun Gunajar Meminta Masyarakat Indonesia Untuk Pentingnya Menjaga Sikap Toleransi

Agun Gunajar Meminta Masyarakat Indonesia Untuk Pentingnya Menjaga Sikap Toleransi

Ciamis – Anggota Komisi XI DPR RI, Agun Gunanjar Sudarsa meminta semua warga masyarakat di Indonesia harus tetap menjaga sikap toleransi, dan harus mampu memberikan ruang serta saling menghargai dan menghormati terhadap Komunitas kecil sekalipun.

Toleransi itu kan satu bentuk interaksi, kalau dalam Agama Islam itu Muamallah, bentuk interaksi sosial, jadi dalam proses interaksi itu harus bisa mengendalikan diri serta harus mampu memberikan ruang, dan tiadanya ancaman untuk keyakinan dan hak-haknya golongan tertentu,” kata, Anggota Komisi XI DPR RI, Agun Gunanjar Sudarsa, saat menghadiri Forum Diskusi Publik di Hotel Priangan, Kamis (14/1/2021).

“Karena bagaimana pun semua harus dilindungi, melindungi segenap bangsa, seluruh tumpah darah, enggak boleh ada yang tertinggal,” ujarnya.

Menurut Agun, negara Indonesia merupakan negara yang paling potensial, jadi kalau tidak mampu mengelola keberagaman yang berbeda agama, suku, agama dan istiadat. Ini akan terjadi sitregasi.

Agun menuturkan bahwa pentingnya kolaborasi dalam kehidupan sehari-hari, artinya dapat memposisikan setiap manusia adalah sama, tidak ada yang berbeda. Semua harus berkolaborasi.

Sementara, ketua Umum FKB (Forum Ketahanan Bangsa) Kabupaten Ciamis, Mohammad Izudin menyebut bahwa ruang kebebasan publik berfikir dan berbicara adalah suatu kebutuhan pokok dalam membangun dan menjaga integritas demokrasi, Kaidah demokrasi ini berlandaskan nilai-nilai luhur setiap sila dalam Pancasila.

“Persatuan dalam perbedaan merupakan pundamen etik demokrasi Pancasila, Perbedaan dan keberagaman yang lebar dan tajam merupakan anugrah terbesar dari Alloh,” ujarnya.

Izudin menuturkan bahwa selain untuk Menjalin silaturahim antar seluruh komponen masyarakat yang tergabung dalam berbagai organisasi, Tokoh Agama, Cendikiawan, bersama unsur Musyawarah Pimpinan Daerah Kabupaten Ciamis.

Kegiatan Forum ini bertujuan untuk menyatukan persepsi untuk satu tekad satu tujuan DEMI BANGSA dengan memberikan semua pihak untuk berbicara dalam menghadapi fenomena kebangsaan yang berkembang saat ini.

Disamping itu, kegiatan ini untuk menjalin rasa persaudaraan dan kekeluargaan dalam rangka menjaga keutuhan bangsa dan negara untuk Membangun optimisme masa depan bagi generasi muda dalam menatap masa depan,” ungkap Izudin.

Forum Ketahanan Bangsa akan berupaya memberikan sumbangsih pemikiran yang konstruktif bagi pembangunan masyafakat bangsa dan negara terutama bagi masyarakat Ciamis,” pungkasnya. (Ton)***

 

Menyelami Makna Moderasi dan Toleransi Beragama Menurut Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Menyelami Makna Moderasi dan Toleransi Beragama Menurut Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Kerukunan umat beragam. (ilustrasi: wahidfoundation.org)

SIKAP adil dalam dalam beragama, saat ini sangat penting dilakukan. Lantaran, dewasa ini kerap kali muncul perpecahan yang ditengarai munucul akibat kuranngnya sikap  moderasi dan toleransi beragama.

Lantas apa sebetulnya makna moderasi dan toleransi  beragama itu. Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Muhibbin Syah menjelaskan Kata toleransi adalah nomina yang berasal dari kata Inggris tolerance yang berarti kelapangan dada atau kesabaran.

Kata sifatnya adalah tolerant yang dalam bahasa Indonesia disebut toleran yang berarti menghargai perbedaan. Akar kata tolerance adalah verba to tolerate yang berarti antara lain ‘bersabar menghadapi’atau ‘tahan terhadap’.

“Orang yang berjiwa toleran adalah orang yang berjiwa legowo dalam arti tidak akan mudah tersinggung apa lagi marah saat dikritik oleh orang yang memiliki pandangan, budaya, dan agama yang berbeda dengannya,”

“Sebaliknya, ia akan menghargai perbedaan dan keanekaragaman budaya, mazhab, bahkan agama sebagai realitas yang ada di muka bumi,” jelas Muhibbin yang juga Ketua Prodi S3 Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tersebut.

Sedangkan, moderasi adalah nomina yang berasal dari kata Inggris moderation. Artinya, sikap yang tidak berlebihan. Kata ini juga dapat berarti sikap yang sedang atau sikap yang sederhana dan tidak ekstrem.

Akar kata moderation adalah verba to moderate yang berarti membuat sesuatu  tidak berlebihan atau lunak. Selain sebagai verba, (kata kerja), moderate juga merupakan kata benda (nomina) dan kata sifat (adjektiva).

“Orang yang moderat dalam beragama adalah orang yang memiliki ketaatan beragama dengan sikap dan perilaku keberagamaan yang sedang, tidak ekstrem apa lagi radikal,” paparnya, dalam keterangan tertulis Humas UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Moderasi, lanjut Muhibbin adalah wawasan yang berorientasi pada sikap dan perbuatan yang tidak berlebihan atau bersikap pertengahan. Sikap dan perbuatan seperti ini dapat membuat orang menjadi moderat.

Orang moderat adalah orang yang berperilaku secukupnya dalam arti tidak kurang dan tidak lebih sehingga kebutuhannya terpenuhi tanpa perlu memubazirkan sesuatu.

Selain itu, orang moderat juga cenderung bersikap dan berbuat adil tidak hanya terhadap diri dan keluarga (kelompoknya) saja tetapi juga terhadap orang (kelompok) lain meskipun mereka tidak disukai bahkan dibenci.

“Moderasi memiliki signifikansi atau arti penting dalam kehidupan sehari-hari, karena selain dapat membuat orang menjadi moderat moderasi juga dapat membuat orang berlaku adil dan bersikap toleran dalam arti dapat bertenggang rasa dan menghargai perbedaan misalnya dalam bermazhab atau beragama,” kata Muhibbin.

Sementar moderasi beragama (religious moderation) bukan moderasi agama juga bukan modernisasi agama.

“Moderasi beragama merupakan wawasan atau cara pandang keberagamaan yang berimbang, sedang, tidak berlebihan, dan dapat membuat orang menjadi moderat dalam beragama yang menganut dan menjalankan ajaran agama dengan sikap dan perilaku keberagamaan yang secukupnya, tidak berkekurangan atau berkelebihan, juga tidak ekstrem,” ujarnya.

Alhasil, dalam ajaran Islam berbuat adil bukan hanya berlaku untuk orang atau kelompok yang sesuku, semazhab atau seagama saja melainkan juga untuk orang atau kelompok yang berasal dari suku, mazhab, dan agama yang berbeda.

“Bahkan, keadilan (fairness)  wajib ditegakkan terhadap orang yang kita benci sekalipun, kita dilarang berbuat zalim misal merampas hak seseorang walaupun kita tidak menyukai, membenci orang tersebut,” tuturnya. (Tor)***

Baca Juga  : Lulusan S3 Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung Diharapkan Kuasai Tiga Hal Ini

Kota Bandung Bakal Miliki Pusat Kebudayaan Tionghoa

Foto Dok. Humas Pemkot Bandung

BANDUNG – Gedung Pusat Kebudayaan Tionghoa Indonesa akan hadir di Kota Bandung. Wali Kota Bandung, Oded M Danial mengawalinya dengan prosesi groundbreaking gedung di Jalan Suryani Dalam No. 99 Bandung, Minggu (19/1/20).

Pembangunan gedung ini merupakan inisiasi Yayasan Dana Sosial Priangan (YSDP).

Di sela sela acara, Oded mengatakan, Gedung Kebudayaan Tionghoa tersebut bisa menampung segala aktivitas budaya Tionghoa baik dalam konteks pelestarian dan pengembangan budaya. Tak hanya itu, Oded juga berharap gedung ini dapat menjadi pendorong industri pariwisata Kota Bandung.

“Pembangunan gedung ini kita harapkan menjadi salah satu upaya semangat mengukuhkan kembali nilai-nilai budaya di Kota Bandung. Sekaligus simbol membangun kota dengan karakter masyarakat yang beragam,” tutur Mang Oded dalam keterangan tertulis.

Tak hanya itu, Oded juga berharap, Gedung Kebudayaan Tionghoa juga dapat mengembangkan dan melestarikan kebudayaan multidimensi yang bermanfaat bagi masyarakat. Khususnya dalam memantapkan visi Kota Bandung yang unggul, sejahtera dan agamis.

“Saya juga mengajak masyarakat yang hadir di sini untuk bersama-sama menciptakan kerja sama yang baik antara seniman dan budayawan, pengusaha, pemerintah dan semua instrumen lainnya. Kita bersama sama menjaga nilai toleransi,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Dana Sosial Priangan (YSDP), Herman Widjaja menjelaskan, Gedung Pusat Kebudayaan Tionghoa akan mempunyai fasilitas yang menunjang terhadap minat dan pengembangan budaya.

“Nanti gedung ini mempunyai fasilitas seperti perpustakaan, pelatihan kaligrafi, xiang ci, taichi, dan lainnya. Kami ingin banyak menghasikan beragam kegiatan positif,” tutur herman.

Herman menuturkan kebudayaan yang dipelihara dapat menghasilkan prestasi yang baik pula.

“Pelajar yang intensif berlatih xiangie dan wushu, kemampuan intelektualnya berkembang baik. Bahkan beberapa anak dan santri yang diikutsertakan dan kompetisi nasional berhasil meraih prestasi, ” tuturnya.

Dalam acara tersebut turut hadir sejumlah tokoh Jawa Barat. Di antaranya, Popong Djundjunan, perwakilan tokoh nasional Tionghoa, Ted Siong, Kaporlestabes Bandung, Kombes Pol. Irman Sugema, Dandim 0618/BS, Kol. Herry Subagyo dan sejumlah tokoh lainnya. (RHM)